Skip to main content
Banawa Maiyah

follow us

Like Facebook | Follow Instagram

KYAI KOCAR KACIR

 
MANIPULASI NASIONAL

Salah satu jalan licin dalam perjalanan bangsa Indonesia antara lain, adalah kontravesi antara prinsip nasionalisme dengan yang disebut 'primordialisme'.

Primordialisme itu suatu pola pikir dan sikap yang meletakkan diri tidak pada titik pijak kebangsaan, melainkan golongan. Kita melihat diri kita tidak terutama sebagai orang Indonesia, melainkan sebagai orang Jawa, orang Muhammadiyah, orang PPP, dan seterusnya.

Yang saya maksud 'jalan licin' adalah jalan yang bisa membuat kendaraan melaju sangat kencang, namun sekaligus bisa mengancam kendaraan itu untuk gampang terpeleset, slip dan jungkir balik.

Kemerdekaan bangsa kita dan kesepakatan bernegara yang kita ikrarkan pada tahun 945 adalah prinsip menomersatukan nasionalisme.

Akan tetapi nasionalisme terkadang diungkapkan pada posisi yang manipulatif.

Misalnya, teman-teman kita sebangsa memprotes: "Kenapa presidennya harus orang Jawa dan beragama Islam? Kenapa ada kenyataan dalam kehidupan bernegara kita di mana yang bukan orang Jawa dan tidak beragama Islam tidak atau belum mungkin menjadi presiden?

Kita bisa menjawab begini: "Lho, siapa bilang? Tidak ada undang-undang yang menyebut demikian. Orang Jawa juga tidak mewajibkan bahwa presiden Indonesia harus orang Jawa, sebagaimana orang Islam juga tidak mengharuskan bahwa hanya seorang muslim yang bisa jadi presiden."

Atau jawaban kita lebih teroris lagi: "Bung Karno dan Pak Harto itu bukan orang Jawa, mereka adlah orang Indonesia. Kalau Anda berpikir bahwa keduanya orang Jawa, berarti Anda sendiri menomersatukan eksistensi kedaerahan atau golongan Anda."

Akan tetapi kita 'kan tahu persis bahwa memang ada semacam feodalisme Jawa dan diskriminasi yang menggulkan Jawa atas yang lain.

Atau pada konteks pribumi dan non pribumi, kita juga bisa terpeleset.

Kita bilang tak ada Cina tak ada non-Cina, yang ada adalah warganegara Indonesia. Tapi terbukti dalam banyak kasus bahwa ini adalah romantisme. Kalau kita kaum pribumi pada suatu hari bertabrakan dengan nonpribumi, para penguasa pasti menyebut kita anti Cina. Dikatakan itu cara berpikir bangsa yang belum merdeka, sehingga yang dibela dalam benturan itu adalah nonpribumi. Tetapi tatkala dalam praktek ekonomi sehari-hari terdapat kenyataan bahwa kaum nonpribumi sendiri memang menomorsatukan golongan. mereka, penguasa tidak pernah menuding bahwa itu primordialisme.

Keterpelesetan oleh nasionalisme yang manipulatif seperti itu juga menipu suku Mandar, yang salah satu wilayah komunitasnya berada di Kabupaten Polmas (Polewali Mamasah). Mereka cenderung dituding bersikap primordial karena tidak menghendaki Bupati yang bukan orang Mandar --- meskipun prakteknya selama ini banyak Bupati yang toh bukan orang Mandar."

Dalam konteks itu tidak aneh bahwa pemimpin yang paling mencintai masyarakat Mandar, paling memahami watak dan sejarah mereka, sehingga kepemimpinannya akan lebih kondusif --- adalah putra Mandar sendiri.

Yang mengancam rakyat Mandar adalah kalau kita datang ke sana untuk menempuh karier pribadi dan menggali kekayaan daerah subur itu sambil berkata: "Saya orang Indonesia.

(halaman 140 -142)

Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Zaituna
Cetakan Pertama 1998
Dipublikasikan : Banawa Maiyah

You Might Also Like:

Buka Komentar