'SEDANG TUN PUN MEMANGGIL CINTAMU'
Sedang Tuhan pun memanggil-manggil
cintamu. Memanggil kita yang dungu
Ketika dari lengking muazin yang memanggil
Berjatuhan gerimis
Dan jiwa yang teriris
Marilah sembahyang!
Marilah bersujud!
Marilah tenggelam!
Marilah bersujud!
Marilah tenggelam!
Seorang bangkit dengan sendirinya
dari ranjang. Berwudlu, mengusap muka
dengan air sumur bumi kinasihnya. Air dari tanah
yakni sang Ibu yang melahirkannya
dan mengurus hari-hari matinya
---itu bakti kepada-Nya. Kerna demikianlah semangat
dan bahagia: menemukan wujudnya.
Angin subuh membelai tubuhnya
Dan bulu-bulu pun bangkitlah
Angin subuh adalah napas Tuhan
Berhembus dari mulutnya yang wangi
Mengusap keningmu. Meniupkan kesejukan
Mengalirkan darah hawa kehidupan
Seseorang itu pun sedekap dan berpejam
Tidak untuk berpikir hal semacam keyakinan
Tapi buat mengangkat hasrat kasih
Ke langit, ke kesertamertaan cinta
Menembuskannya ke kerlip bintang-bintang.
Ke segala lambang
Supaya terjilat gelap misteri
Di belakangnya. Yakni si Maha Kelam
Marilah sembahyang!
Marilah bersujud!
Marilah tenggelam!
Sedang Tuhan pun memanggil-manggil
cintamu.
Sedang Tuhan pun: rindu
1975
(halaman 5)
Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Pabrik Tulisan
Cetakan 2021
Dipublikasikan : Banawa Maiyah
Penerbit : Pabrik Tulisan
Cetakan 2021
Dipublikasikan : Banawa Maiyah