Mesjid I
Mesjid di kotaku pintu-pintunya selalu ditutup jika malam,
sebab takut perabot-perabotnya yang mewah akan hilang
Apakah Tuhan terkurung di dalamnya, memandang kita dari
kaca jendela sambil melambai-lambaikan tangannya?
Bapak Imam yang memimpin orang-orang sembahyang, seperti
punya keinginan untuk menjadi malaikat Tuhan, sehingga
enggan untuk bergaul dengan banyak orang
Sehari lima kali kepalanya menggeleng-geleng dan mulutnya
mengucapkan macam-macam doa, dan orang-orang pun sehari
lima kali menyebut "Amin!" di luar kepala
Air muka mereka yang kosong, menggambarkan perasaan
yang aman, sebab mereka menyangka Tuhan cukup dilayani
dengan upacara-upacara sembahyang
(halaman 70)
Mesjid di kotaku pintu-pintunya selalu ditutup jika malam,
sebab takut perabot-perabotnya yang mewah akan hilang
Apakah Tuhan terkurung di dalamnya, memandang kita dari
kaca jendela sambil melambai-lambaikan tangannya?
Bapak Imam yang memimpin orang-orang sembahyang, seperti
punya keinginan untuk menjadi malaikat Tuhan, sehingga
enggan untuk bergaul dengan banyak orang
Sehari lima kali kepalanya menggeleng-geleng dan mulutnya
mengucapkan macam-macam doa, dan orang-orang pun sehari
lima kali menyebut "Amin!" di luar kepala
Air muka mereka yang kosong, menggambarkan perasaan
yang aman, sebab mereka menyangka Tuhan cukup dilayani
dengan upacara-upacara sembahyang
(halaman 70)
Blurb :
Kata kaum terpelajar
Supaya negara kuat
Rakyat harus lemah
Dan kami tidak ingin mengatakan
Bahwa agar rakyat kuat
Negara harus lemah
Sebab kami tidak mencita-citakan
Kerakusan yang sama
Kami hanya memimpikan
Tawar menawar yang seimbang
Untuk pemerataan
Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Bentang
Cetakan Pertama 1993
Dipublikasikan : Banawa Maiyah