Skip to main content
Banawa Maiyah

follow us

Like Facebook | Follow Instagram

Orang Maiyah

 
Hikmah dari Sang Nabi Jelata 

Orang Maiyah mengerti bahwa manusia lebih kuat dibanding kegemberiaan dan kesedihan. Sehingga mereka tidak memberi ruang dan waktu kepada kecengengan ketika mengalami gembira dan sedih.

Ia lebih unggul dibanding kekayaan. Sehingga ia tidak akan berlari membabi buta mengejar kekayaan sebagai pekerjaan utama hidupnya. Kekayaan tidak membuatnya terlalu terpikat atau tergila-gila. Kekayaan adalah sesuatu yang ia anggap enteng.

Ia lebih ampuh dibanding kemiskinan. Sehingga kondisi kemiskinan tidak membuatnya menjadi penyedih, pemarah, penuduh, penuding, dan pendendam atas orang-orang lain yang tidak miskin.

Orang Maiyah mengerti persis Nabi Muhammad Saw. justru memilih menjadi orang miskin. Ia ditawari Allah apakah akan menjadi "mulkannabiyya", nabi yang juga raja yang kaya raya. Allah juga sudah menyediakan kekayaan berupa gunung emas. Tetapi, Kanjeng Nabi memilih menjadi "abdannabiyah", nabi yang rakyat jelata, dan rakyat jelata bukanlah orang kaya.

Kekayaan dan kemiskinan sama baiknya sepanjang manusia sanggup menggunakan akan dan nuraninya untuk memperlakukan kekayaan sebagai sumber rasa syukur.

KEMISKINAN ADALAH PINTU CAHAYA ALLAH SEPANJANG MANUSIA SANGGUP MENGGUNAKAN AKAL DAN NURANINYA UNTUK MENDAYAGUNAKAN KEMISKINAN SEBAGAI PERANGKAT ILMU HIKMAH.

Kekayaan dan kemiskinan adalah sumber kegelapan ketika manusia menyediakan diri untuk ditipu oleh kemiskinan dan diperbudak oleh kekayaan.

Kekayaan adalah sumber kegembiraan, tapi juga sumber kesedihan yang tiada tara.
Kemisikinan adalah sumber kegembiraan, tapi juga sumber kesedeihan tiada tara. Hidup orang Miyah tidak tergantung kekayaan dan atau kemiskinan, tetapi tergantung pada proses pembelajaran menggunakan akal dan nuraninya untuk menyutradai hidup menuju yang pantas dituju.
(halaman 85-87)


Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Bentang
Cetakan Pertama 2015
Dipublikasikan : Banawa Maiyah

You Might Also Like:

Buka Komentar