Skip to main content
Banawa Maiyah

follow us

Like Facebook | Follow Instagram

IKUT TIDAK LEMAH

 
'IKUT TIDAK LEMAH
IKUT TIDAK MELEMAHKAN
IKUT TIDAK MENAMBAH JUMLAH ORANG LEMAH'

Mengikuti jejak para mujahid, aku harus berbicara dan menjawab pertanyaan mengenai problem kemiskinan, yakni tema utama yang makin mendesak kehidupan manusia di atas bumi Allah yang kaya-raya ini.

    Secara agak licik aku bersyukur karena orang-orang tak langsung memojokkanku dengan pertanyaan apakah aku tak terlibat langsung maupun tak langsung dalam proses penciptaan orang-orang miskin. Apakah aku tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang juga dimiskinkan -- dalam arti luas -- sedemikian rupa sehingga tak ada kemungkinan lain bagi hidupku selain ikut berpartisipasi dalam organisasi pemiskinan, atau sekurang-kurangnya aku membonceng hidup dari ciprataan hasil pekerjaan memiskinkan. Sebab, kata para piawi, jaringan proses pemiskinan itu tak cukup kita fahami melewati gambaran tentang sejarah penjajahan, politik adikuasa, pembukuan perusahaan-perusahaan besar, tatanan kebergantungan, ketimpangan-ketimpangan amat tajam dari kesempatan hidup orang, atau segala sesuatu yang seolah-olah berada nun jauh di sana.

    Jaringan proses pemiskinan itu menyangkut segala mekanisme yang tak pernah kubayangkan tetapi yang memungkinkanku memiliki beberapa potong baju rapi, sementara banyak tetanggaku tidak dan aku mau tak mau terdorong untuk memelihara dan mempertahankan kemungkinan pemilikan semacam itu. Bahkan kabarnya jaringan proses pemiskinan itu sangat terkait dengan urat-urat dalam otakku, rencana-rencana spontan kaki dan tanganku, atau segala sesuatu yang hampir tak terpisahkan lagi dari nyawaku. Hal-hal mengenai proses pemiskinan itu relatif gampang untuk sedikit banyak ikut kupercakapkan; selama itu semua kubayangkan berada jauh di luar dariku -- apalagi jarak jauh itu dijaga dan dilindungi dengan saksama oleh akidah dan kaidah dunia ilmu pengetahuan di mana tulisan ini berpartisipasi.

    Sesungguhnya itu mengerikan. Namun jauh lebih mengerikan lagi ada kabar lain yang menyatakan bahwa jaringan proses pemiskinan itu bukanlah seperti benang kusut, melainkan justru merupakan rajutan benang sedemikian rapinya sehingga beberapa orang hanya melihat jalan teror untuk mencoba memperoleh kekusutan-kekusutan kecil.

    Jadi, apakah pada suatu hari kemungkinan teror itu akan menimpaku, sebab memang aku cukup layak untuk itu? Aku berkata: Ya Allah, masukkan saja aku kedalam neraka-Mu, dari pada aku menjadi arang panas dari neraka yang bukan ciptaan-Mu.

(Halaman 5-7)

Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Yayasan Kebijakan Samanhoedi
Cetakan pertama Oktober 1987
Dipublikasikan : Banawa Maiyah

You Might Also Like:

Buka Komentar